Jombang - Kegiatan ziarah wali lima yang setiap hari diselenggarakan sebagai rangkaian kegiatan Perwimanas, selalu dimulai dengan menziarahi sebuah makam di belakang PP. Babussalam. Makam itu tidak lain adalah tempat disemayamkannya almarhum KH. M. Yazid Nur, pendiri sekaligus orang tua KH. Salmanudin Yazid, pengasuh utama pesantren Babussalam.
Kyai Yazid meninggal di saat pesantren yang didirikannya masih memiliki santri berjumlah 91 orang. Saat ini, tidak kurang dari seribu santri mengais ilmu di pesantren yang sejak dari awal membuka program tahfidzul qur'an ini.
Ditemui saat makan siang, putra bungsu Kyai Yazid, KH. Sa'durohim Yazid didampingi KH. Salmanudin Yazid menceritakan, jauh sebelum PP Babussalam didirikan pada tahun 1971, cikal bakal pesantren sudah nampak sejak tahun 1931. Sat itu eyangnya, yaitu Kyai Nur Syahid, berhasil menggalang remaja dan pemuda desa setempat untuk diajak latihan pencak silat.
"Jaman sebelum kemerdekaan dulu, tahun 1931, tempat ini sudah menjadi pusat latihan pencak silat bagi pemuda-pemuda Kalibening dan sekitarnya. Jadi dari awal memang tempat ngumpulnya orang ya di sini ini," terang kyai muda yang akrab di panggil Gus Rohim ini.
Pada awal pendiriannya, pesantren ini hanya membuka pendidikan Diniyyah dan Tahfidzul Qur'an. Dibantu menatu dari putri sulungnya, Kyai Yazid setiap hari mengajarkan kitab-kitab klasik, sementara menantunya bertugas menerima setoran hafalan Al Qur'an dari santri-santri yang mengambil program tahfidz.
Saat ini, pesantren sudah sedemikian berkembang. Dipandegani putra keduanya, KH. Salmanudin dengan dibantu seluruh keluarga dan tokoh masyarakat setempat, sekarang PP Babussalam sudah memiliki unit-unit pendidikan formal, mulai dari RA hingga Madrasah Aliyah.
"Bahkan saat ini instrumen pendukung juga sudah banyak kita miliki. Untuk urusan keuangan di lingkungan pesantren kita punya BMT (Baitul Mal Wat Tamwil). Urusan kesehatan kita juga sudah bangun Puskestren (Pusat Kesehatan Pesantren). Terakhir kita bangun Bumi Perkemahan," terang KH. Salmanudin yang biasa di panggil Gus Salman.
Dalam waktu dekat, menurut pengakuan Gus Salman, Babussalam akan mendirikan perguruan tinggi. Embrio untuk itu sudah ada sejak benerapa tahun terakhir. "Kita sudah lama bekerja sama dengan IKAHA Tebuireng dan UIN Sunan Ampel Surabaya. Do'akan segera realisasi," tutur alumni Madrasatul Qur'an Tebuireng ini.
Kyai Yazid dipanggil ke hadirat Allah SWT pada tahun 2001. Beliau meninggalkan 2 orang putra dan 2 orang putri. Putri sulungnya Hj. Nurul Yatimah diperisteri oleh KH. Shofari Rohman, SQ. yang membidangi Tahfidzul Qur'an.
Putra kedua adalah KH. Salmanudin yang menikahi Hj. Ema Ervina. Beliaulah yang mandegani seluruh management pesantren, termasuk sebagai tuan rumah dalam Perwimanas ini.
Putri ketiganya, Hj. Nurul Yaminah diperisteri oleh H. Muhajirin yang dipercaya memgelola seluruh urusan pendidikan formal di Babusalam. Sementara putra bungsu, KH. Sa'durrohim yang memperisteri Hj. Maslihah kebagian konsentrasi mendidik para santri di pesantren.(sol)
Para peserta Perwimanas di makam KH. Yazid Nur sebelum melanjutkan acara ziarah ke makam para wali di Jawa Timur. |
Kyai Yazid meninggal di saat pesantren yang didirikannya masih memiliki santri berjumlah 91 orang. Saat ini, tidak kurang dari seribu santri mengais ilmu di pesantren yang sejak dari awal membuka program tahfidzul qur'an ini.
Ditemui saat makan siang, putra bungsu Kyai Yazid, KH. Sa'durohim Yazid didampingi KH. Salmanudin Yazid menceritakan, jauh sebelum PP Babussalam didirikan pada tahun 1971, cikal bakal pesantren sudah nampak sejak tahun 1931. Sat itu eyangnya, yaitu Kyai Nur Syahid, berhasil menggalang remaja dan pemuda desa setempat untuk diajak latihan pencak silat.
"Jaman sebelum kemerdekaan dulu, tahun 1931, tempat ini sudah menjadi pusat latihan pencak silat bagi pemuda-pemuda Kalibening dan sekitarnya. Jadi dari awal memang tempat ngumpulnya orang ya di sini ini," terang kyai muda yang akrab di panggil Gus Rohim ini.
Pada awal pendiriannya, pesantren ini hanya membuka pendidikan Diniyyah dan Tahfidzul Qur'an. Dibantu menatu dari putri sulungnya, Kyai Yazid setiap hari mengajarkan kitab-kitab klasik, sementara menantunya bertugas menerima setoran hafalan Al Qur'an dari santri-santri yang mengambil program tahfidz.
Saat ini, pesantren sudah sedemikian berkembang. Dipandegani putra keduanya, KH. Salmanudin dengan dibantu seluruh keluarga dan tokoh masyarakat setempat, sekarang PP Babussalam sudah memiliki unit-unit pendidikan formal, mulai dari RA hingga Madrasah Aliyah.
"Bahkan saat ini instrumen pendukung juga sudah banyak kita miliki. Untuk urusan keuangan di lingkungan pesantren kita punya BMT (Baitul Mal Wat Tamwil). Urusan kesehatan kita juga sudah bangun Puskestren (Pusat Kesehatan Pesantren). Terakhir kita bangun Bumi Perkemahan," terang KH. Salmanudin yang biasa di panggil Gus Salman.
Dalam waktu dekat, menurut pengakuan Gus Salman, Babussalam akan mendirikan perguruan tinggi. Embrio untuk itu sudah ada sejak benerapa tahun terakhir. "Kita sudah lama bekerja sama dengan IKAHA Tebuireng dan UIN Sunan Ampel Surabaya. Do'akan segera realisasi," tutur alumni Madrasatul Qur'an Tebuireng ini.
Kyai Yazid dipanggil ke hadirat Allah SWT pada tahun 2001. Beliau meninggalkan 2 orang putra dan 2 orang putri. Putri sulungnya Hj. Nurul Yatimah diperisteri oleh KH. Shofari Rohman, SQ. yang membidangi Tahfidzul Qur'an.
Putra kedua adalah KH. Salmanudin yang menikahi Hj. Ema Ervina. Beliaulah yang mandegani seluruh management pesantren, termasuk sebagai tuan rumah dalam Perwimanas ini.
Putri ketiganya, Hj. Nurul Yaminah diperisteri oleh H. Muhajirin yang dipercaya memgelola seluruh urusan pendidikan formal di Babusalam. Sementara putra bungsu, KH. Sa'durrohim yang memperisteri Hj. Maslihah kebagian konsentrasi mendidik para santri di pesantren.(sol)
0 komentar:
Posting Komentar