"Maarif Berkarya Mewujudkan Generasi Emas"

Kamis, 18 April 2013

Pengaruh budaya terhadap perkembangan anak didik di sekolah dan madrasah sangat dominan mempengaruhi kondisi psikologis yang berakibat terbentuknya karakter diri (self-character). Pada kondisi tersebut beragam latar belakang budaya yang mempengaruhi lingkungan seperti perilaku beragama, tatanan sosial, sistem ekonomi, pendidikan bahkan politik telah merubah sedikit banyak kejiwaan manusia. Secara kodrat ilahiyah kejiwaan manusia memiliki bentuk yang berbeda-beda antara satu manusia dengan manusia yang lain. Kejiwaan tersebut diserahkan oleh sang pencipta kepada manusia sebagai makhluk yang tersempurnakan. Dengan demikian manusia pasti membutuhkan kehidupan secara sosial untuk mendapatkan kemudahan dalam kehidupan. Disinilah muncul pengaruh lingkungan ketika manusia menganggap kekurangan dalam kehidupan pasti bergantung pada lingkungan sekitar. Peran lembaga pendidikan adalah membentuk penyamaan visi kodrat ilahiyah pada manusia, agar berkarakteristik yang berkeadilan social dan berjiwa patriotik. Dalam menemukan titik temu dalam beragam karakter tersebut maka sangat diperlukan bagaimana melatih anak didik agar mampu berdisiplin yang mengarah pada kemandirian sosial dan lingkungan. Sebab tidak akan mungkin jika diantara anak didik saling mengunggulkan kepentingan mereka tanpa melihat kepentingan orang lain (hablun minan naas). Upaya pembentukan kepribadian tersebut oleh sekolah dan madrasah biasanya terselenggara dalam kegiatan pengembangan kepribadiaan (ekstrakulikuler), dengan muatan kegiatan yang lebih menggugah pembentukan skill atau keterampilan anak, tanggung jawab sosial yang tinggi, penanaman dan penerapan nilai-nilai keagamaan yang luhur, serta berwawasan kemajuan teknologi. Adapun format kegiatan yang tepat yaitu belajar langsung kepada masyarakat (contextual teaching) secara utuh dan berdaya guna. Pilihan kegiatan yang paling mudah diterapkan dilembaga pendidikan lebih cenderung pada kegiatan kepramukaan, hal ini didasari oleh kegiatan kepramukaan sangat menyenangkan dan juga didalamnya diajarkan filsafat Pancasila dan agama, jiwa perjuangan 1945, persahabatan dan kekeluargaan, perkembangan ekonomi, sosial, dan teknologi, seni budaya, kesehatan, kesejahteraan, dan kelestarian lingkungan hidup, keamanan dan ketertiban masyarakat, adat-istiadat dan tata susila, kepemimpinan dan kewirausahaan. Begitu pula dengan kegiatan pengembangan diri di lembaga pendidikan Ma’arif NU, hampir dipastikan kegiatan ini paling populer disukai oleh anak didik. Hal ini disebabkan kegiatan kepramukaan bagi pelajar Ma’arif merupakan bagian dari aktualisasi diri untuk mengasah keterampilan dan juga penerapan dari hasil belajar tentang pendidikan Aswaja dan Ke-NU-an, yang didalam pendidikan tersebut mengarahkan pada pembentukan masyarakat Nahdlatul Ulama yang mencerminkan Khidmah Nahdlatul Ulama.. Pengurus Pusat Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama sebagai departemensi bidang pendidikan di lingkungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, berupaya membantu sekolah dan madrasah untuk lebih meningkatkan kegiatan ekstrakulikuler tersebut agar lebih berkualitas dan menjadi kebanggaan anak didiknya.

Pengaruh budaya terhadap perkembangan anak didik di sekolah dan madrasah sangat dominan mempengaruhi kondisi psikologis yang berakibat terbentuknya karakter diri (self-character). Pada kondisi tersebut beragam latar belakang budaya yang mempengaruhi lingkungan seperti perilaku beragama, tatanan sosial, sistem ekonomi, pendidikan bahkan politik telah merubah sedikit banyak kejiwaan manusia. Secara kodrat ilahiyah kejiwaan manusia memiliki bentuk yang berbeda-beda antara satu manusia dengan manusia yang lain. Kejiwaan tersebut diserahkan oleh sang pencipta kepada manusia sebagai makhluk yang tersempurnakan. Dengan demikian manusia pasti membutuhkan kehidupan secara sosial untuk mendapatkan kemudahan dalam kehidupan. Disinilah muncul pengaruh lingkungan ketika manusia menganggap kekurangan dalam kehidupan pasti bergantung pada lingkungan sekitar. Peran lembaga pendidikan adalah membentuk penyamaan visi kodrat ilahiyah pada manusia, agar berkarakteristik yang berkeadilan social dan berjiwa patriotik. Dalam menemukan titik temu dalam beragam karakter tersebut maka sangat diperlukan bagaimana melatih anak didik agar mampu berdisiplin yang mengarah pada kemandirian sosial dan lingkungan. Sebab tidak akan mungkin jika diantara anak didik saling mengunggulkan kepentingan mereka tanpa melihat kepentingan orang lain (hablun minan naas). Upaya pembentukan kepribadian tersebut oleh sekolah dan madrasah biasanya terselenggara dalam kegiatan pengembangan kepribadiaan (ekstrakulikuler), dengan muatan kegiatan yang lebih menggugah pembentukan skill atau keterampilan anak, tanggung jawab sosial yang tinggi, penanaman dan penerapan nilai-nilai keagamaan yang luhur, serta berwawasan kemajuan teknologi. Adapun format kegiatan yang tepat yaitu belajar langsung kepada masyarakat (contextual teaching) secara utuh dan berdaya guna. Pilihan kegiatan yang paling mudah diterapkan dilembaga pendidikan lebih cenderung pada kegiatan kepramukaan, hal ini didasari oleh kegiatan kepramukaan sangat menyenangkan dan juga didalamnya diajarkan filsafat Pancasila dan agama, jiwa perjuangan 1945, persahabatan dan kekeluargaan, perkembangan ekonomi, sosial, dan teknologi, seni budaya, kesehatan, kesejahteraan, dan kelestarian lingkungan hidup, keamanan dan ketertiban masyarakat, adat-istiadat dan tata susila, kepemimpinan dan kewirausahaan. Begitu pula dengan kegiatan pengembangan diri di lembaga pendidikan Ma’arif NU, hampir dipastikan kegiatan ini paling populer disukai oleh anak didik. Hal ini disebabkan kegiatan kepramukaan bagi pelajar Ma’arif merupakan bagian dari aktualisasi diri untuk mengasah keterampilan dan juga penerapan dari hasil belajar tentang pendidikan Aswaja dan Ke-NU-an, yang didalam pendidikan tersebut mengarahkan pada pembentukan masyarakat Nahdlatul Ulama yang mencerminkan Khidmah Nahdlatul Ulama.. Pengurus Pusat Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama sebagai departemensi bidang pendidikan di lingkungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, berupaya membantu sekolah dan madrasah untuk lebih meningkatkan kegiatan ekstrakulikuler tersebut agar lebih berkualitas dan menjadi kebanggaan anak didiknya.