"Maarif Berkarya Mewujudkan Generasi Emas"

Senin, 24 Juni 2013


Jombang - Wakil Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka Dr PA Kodrat Pramudho SKM MKes menilai pramuka tidak bisa diwajibkan sebatas untuk sekolah atau gugus depan (gudep), sedangkan untuk setiap siswa tidak bisa wajib.

"Itu karena sifat Pramuka di dunia manapun adalah sukarela, karena itu rencana Mendikbud untuk mewajibkan Pramuka lewat Kurikulum 2013 itu bisa sebatas sekolah (gudep), bukan kepada setiap siswa," katanya di Jombang, Selasa.


Di sela-sela Perkemahan Wirakarya Pramuka Maarif NU Nasional (Perwimanas) 2013 di Bumi Perkemahan Pesantren Babussalam, Kalibening, Mojoagung, Jombang yang diikuti 2.768 penegak (pramuka tingkat SMA/MA/SMK) se-Indonesia, ia mendukung rencana mewajibkan pramuka untuk setiap sekolah.

"Kami sudah menyampaikan kepada pemerintah bahwa pramuka wajib itu tidak bisa diwajibkan untuk setiap siswa, karena hal itu justru akan menimbulkan masalah," kata wakil ketua Kwarnas Pramuka bidang Hubungan Masyarakat (Humas) itu.

Menurut dia, masalah yang timbul bila pramuka diwajibkan kepada setiap siswa antara lain jumlah pembina pramuka akan sangat kekurangan, sebab pembina pramuka yang ideal itu satu orang pembina untuk mendidik 20 siswa (satu gudep).

"Jangankan jumlah pembina yang ideal, karena jumlah pembina pramuka pada setiap sekolah saja sekarang masih kekurangan, apalagi kalau diwajibkan untuk setiap siswa justru menyalahi prinsip sukarela," katanya.

Namun, bila pramuka diwajibkan untuk setiap gudep (sekolah) itu baik, maka pihaknya sangat mendukung, sebab gudep pramuka selama ini hanya wajib untuk sekolah negeri, sehingga pramuka wajib pada setiap sekolah, baik negeri maupun swasta, akan memperluas keberadaan pramuka pada seluruh sekolah.

"Yang jelas, pramuka wajib untuk sekolah itu menuntut revitalisasi Gerakan Pramuka yakni komitmen pimpinan sekolah untuk menyiapkan sarana dan personel pembina, komitmen pemerintah terkait anggaran untuk kegiatan rutin pramuka, dan komitmen kementerian untuk memperkuat keberadaan gudep," katanya.

Ia menegaskan bahwa pihaknya juga akan melakukan serangkaian dukungan untuk kewajiban pramuka pada setiap sekolah itu melalui akreditasi gudep dan sertifikasi pembina pramuka, sehingga keberadaan pramuka ke depan akan semakin berkualitas.

"Karena itu, kami mendukung rencana PP LP Maarif NU mengadakan Perwimanas pada 24-29 Juni 2013 yang merupakan perkemahan tingkat nasional pertama oleh kalangan non-pemerintah itu, sehingga nantinya tidak hanya ada jambore, raimuna, dan sebagainya untuk mendorong semangat berpramuka," katanya.

Selain itu, pihaknya juga mendukung PP LP Maarif NU sebagai Satuan Komunitas (Sako) Pramuka di tingkat organisasi yang merupakan amanat UU Nomer 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka dan Sako Maarif akan menjadi sako pertama di Indonesia. (Edy M Ya'kub)


Jombang - Wakil Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka Dr PA Kodrat Pramudho SKM MKes menilai pramuka tidak bisa diwajibkan sebatas untuk sekolah atau gugus depan (gudep), sedangkan untuk setiap siswa tidak bisa wajib.

"Itu karena sifat Pramuka di dunia manapun adalah sukarela, karena itu rencana Mendikbud untuk mewajibkan Pramuka lewat Kurikulum 2013 itu bisa sebatas sekolah (gudep), bukan kepada setiap siswa," katanya di Jombang, Selasa.


Di sela-sela Perkemahan Wirakarya Pramuka Maarif NU Nasional (Perwimanas) 2013 di Bumi Perkemahan Pesantren Babussalam, Kalibening, Mojoagung, Jombang yang diikuti 2.768 penegak (pramuka tingkat SMA/MA/SMK) se-Indonesia, ia mendukung rencana mewajibkan pramuka untuk setiap sekolah.

"Kami sudah menyampaikan kepada pemerintah bahwa pramuka wajib itu tidak bisa diwajibkan untuk setiap siswa, karena hal itu justru akan menimbulkan masalah," kata wakil ketua Kwarnas Pramuka bidang Hubungan Masyarakat (Humas) itu.

Menurut dia, masalah yang timbul bila pramuka diwajibkan kepada setiap siswa antara lain jumlah pembina pramuka akan sangat kekurangan, sebab pembina pramuka yang ideal itu satu orang pembina untuk mendidik 20 siswa (satu gudep).

"Jangankan jumlah pembina yang ideal, karena jumlah pembina pramuka pada setiap sekolah saja sekarang masih kekurangan, apalagi kalau diwajibkan untuk setiap siswa justru menyalahi prinsip sukarela," katanya.

Namun, bila pramuka diwajibkan untuk setiap gudep (sekolah) itu baik, maka pihaknya sangat mendukung, sebab gudep pramuka selama ini hanya wajib untuk sekolah negeri, sehingga pramuka wajib pada setiap sekolah, baik negeri maupun swasta, akan memperluas keberadaan pramuka pada seluruh sekolah.

"Yang jelas, pramuka wajib untuk sekolah itu menuntut revitalisasi Gerakan Pramuka yakni komitmen pimpinan sekolah untuk menyiapkan sarana dan personel pembina, komitmen pemerintah terkait anggaran untuk kegiatan rutin pramuka, dan komitmen kementerian untuk memperkuat keberadaan gudep," katanya.

Ia menegaskan bahwa pihaknya juga akan melakukan serangkaian dukungan untuk kewajiban pramuka pada setiap sekolah itu melalui akreditasi gudep dan sertifikasi pembina pramuka, sehingga keberadaan pramuka ke depan akan semakin berkualitas.

"Karena itu, kami mendukung rencana PP LP Maarif NU mengadakan Perwimanas pada 24-29 Juni 2013 yang merupakan perkemahan tingkat nasional pertama oleh kalangan non-pemerintah itu, sehingga nantinya tidak hanya ada jambore, raimuna, dan sebagainya untuk mendorong semangat berpramuka," katanya.

Selain itu, pihaknya juga mendukung PP LP Maarif NU sebagai Satuan Komunitas (Sako) Pramuka di tingkat organisasi yang merupakan amanat UU Nomer 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka dan Sako Maarif akan menjadi sako pertama di Indonesia. (Edy M Ya'kub)

Jombang - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Said Aqiel Siradj menegaskan bahwa Nahdlatul Ulama tetap memegang komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati. Dalam pandangan kebangsaan, NU tetap menghargai adanya perbedaan agama, suku, ras, etnis dan keyakinan yang ada di Indonesia.


"Indonesia adalah negara dimana warga negaranya majemuk. Yang bisa menyatukan dan membuat Indonesia ini tetap menyatu adalah konsep negara kesatuan. Bagi NU, NKRI tidak bisa ditawar," tandas dia saat ditemui usai pembukaan Perkemahan Wirakarya Pramuka Ma'arif NU Nasional (Perwimanas) di Pondok Pesantren Babussalam, Kalibening, Jombang, Senin (24/6/2013).

Dalam konteks pembinaan generasi muda, Nahdlatul Ulama melalui Lembaga Pendidikan Ma'arif bersama-sama dengan Gerakan Pramuka akan terus berkolaborasi dalam mengembangkan kegiatan kepanduan bagi pelajar di lingkungan NU. LP Ma'arif bahkan sudah mempersiapkan Satuan Komunitas (Sako) Pramuka.

"Secara visi gerakan pramuka ini selaras dengan cita cita NU, yaitu menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kegiatan kepramukaan mampu menyatukan seluruh elemen. Jadi NU menegaskan tidak akan mendirikan kepanduan sendiri," ujar Ketum PBNU didampingi Ketua PPLP Maarif NU, Hz. Arifin Junaidi.

Ketua PPLP Maarif NU, Hz. Arifin Junaidi mengatakan, kepramukaan sebagai gerakan kepanduan di Indonesia menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa diatas segalanya. Kepramukaan bersifat universal yang mengabaikan perbedaan suku, ras, etnis, agama dan keyakinan dan hal itu selalu ditanamkan kepada seluruh anggotanya.

Sekretaris PP LP Ma'arif NU, Zamzami menegaskan, sebagai perangkat organisasi NU yang menangani bidang pendidikan, LP Ma'arif NU tidak berfikir untuk mendirikan kepanduan tersendiri di lingkungan NU. Pertimbangan untuk menjaga keutuhan NKRI menjadi dasar LP Ma'arif mengembangkan kegiatan kepanduan bersama dengan Gerakan Pramuka.

"Perwimanas ini bukti komitmen NU pada NKRI. Kami memandang sikap kebangsaan NU mampu menjaga keutuhan NKRI. Sikap kebangsaan dan nilai-nilai aswaja ala NU yang akan kita tanamkan pada peserta Perwimanas," ujar Zamzami.

Dia mengatakan, Perwimanas yang digelar pada 24 - 29 Juni 2013 di PP Babussalam, Kalibening, Jombang bertujuan mempertemukan para anggota pramuka penegak dari SMA dan MA di lingkungan NU dari seluruh Indonesia. Peserta yang terlibat sebanyak 2.220 pelajar yang berasal dari 23 propinsi dan 37 Kabupaten se Indonesia. (@moh_syafii)

Jombang - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Said Aqiel Siradj menegaskan bahwa Nahdlatul Ulama tetap memegang komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati. Dalam pandangan kebangsaan, NU tetap menghargai adanya perbedaan agama, suku, ras, etnis dan keyakinan yang ada di Indonesia.


"Indonesia adalah negara dimana warga negaranya majemuk. Yang bisa menyatukan dan membuat Indonesia ini tetap menyatu adalah konsep negara kesatuan. Bagi NU, NKRI tidak bisa ditawar," tandas dia saat ditemui usai pembukaan Perkemahan Wirakarya Pramuka Ma'arif NU Nasional (Perwimanas) di Pondok Pesantren Babussalam, Kalibening, Jombang, Senin (24/6/2013).

Dalam konteks pembinaan generasi muda, Nahdlatul Ulama melalui Lembaga Pendidikan Ma'arif bersama-sama dengan Gerakan Pramuka akan terus berkolaborasi dalam mengembangkan kegiatan kepanduan bagi pelajar di lingkungan NU. LP Ma'arif bahkan sudah mempersiapkan Satuan Komunitas (Sako) Pramuka.

"Secara visi gerakan pramuka ini selaras dengan cita cita NU, yaitu menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kegiatan kepramukaan mampu menyatukan seluruh elemen. Jadi NU menegaskan tidak akan mendirikan kepanduan sendiri," ujar Ketum PBNU didampingi Ketua PPLP Maarif NU, Hz. Arifin Junaidi.

Ketua PPLP Maarif NU, Hz. Arifin Junaidi mengatakan, kepramukaan sebagai gerakan kepanduan di Indonesia menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa diatas segalanya. Kepramukaan bersifat universal yang mengabaikan perbedaan suku, ras, etnis, agama dan keyakinan dan hal itu selalu ditanamkan kepada seluruh anggotanya.

Sekretaris PP LP Ma'arif NU, Zamzami menegaskan, sebagai perangkat organisasi NU yang menangani bidang pendidikan, LP Ma'arif NU tidak berfikir untuk mendirikan kepanduan tersendiri di lingkungan NU. Pertimbangan untuk menjaga keutuhan NKRI menjadi dasar LP Ma'arif mengembangkan kegiatan kepanduan bersama dengan Gerakan Pramuka.

"Perwimanas ini bukti komitmen NU pada NKRI. Kami memandang sikap kebangsaan NU mampu menjaga keutuhan NKRI. Sikap kebangsaan dan nilai-nilai aswaja ala NU yang akan kita tanamkan pada peserta Perwimanas," ujar Zamzami.

Dia mengatakan, Perwimanas yang digelar pada 24 - 29 Juni 2013 di PP Babussalam, Kalibening, Jombang bertujuan mempertemukan para anggota pramuka penegak dari SMA dan MA di lingkungan NU dari seluruh Indonesia. Peserta yang terlibat sebanyak 2.220 pelajar yang berasal dari 23 propinsi dan 37 Kabupaten se Indonesia. (@moh_syafii)

Jombang - Liukan dan gemulai tubuh kecil itu mengundang decak kagum para peserta, undangan dan penonton acara pembukaan Perwimanas (Perkemahan Wirakarya Pramuka Ma’arif NU Nasional) 2013 di bumi perkemahan Ponpes Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang (24/6). Iya, itu adalah gerak ritmik tubuh Rahma (12) yang masih duduk di sekolah dasar.



Tak kalah dengan rekan-rekan satu timnya, Rahma tampak menikmati tetabuhan yang mengiringi Tari Remo yang disuguhkan oleh Komunitas Penari Babussalam. Jilbab yang melekat di kepalanya tak mengurangi tata artistik kostum dan gerak tariannya. Senyum, liukan dan lemparan selendang khas Tari Remo milik Rahma memukau dan mengundang aplaus hadirin.

Rahma adalah anggota komunitas penari Babussalam yang paling kecil. Ia masih berusia 8 tahun saat mulai belajar menari dan bergabung dengan komunitas. Saat ini ia duduk di kelas 6 SD. "Senang sekali bisa tampil di depan ribuan penonton. Apalagi ada pak menteri dan pengurus NU," kata Rahma selepas keluar dari arena pementasan.

Rahma mengaku tari sudah menjadi bagian dari hidupnya. Ia menyebut keuletan dan tangan dingin ibu Mulyaningsih (48) yang telah mencetaknya menjadi pecinta sekaligus pelaku seni tari. Ialah yang membidani kelahiran sekaligus setia mendampingi para anggota komunitas mengekspresikan diri melalui seni tari.

"Iya, Rahma ini sudah lama bergabung dengan komuntas penari Babussalam. Dia juga tidak kalah dengan anggota lain yang nota bene umurnya cukup beragam. Rahma terhitung anggota termuda dari seluruh anggota komunitas yang sebagian besar sudah duduk di bangku SMA bahkan ada yang sudah kuliah," jelas Mulyaningsih.

Menurut Mulyaningsih, komunitas penari Babussalam sangat bangga dan berterima kasih kepada Panitia Perwimanas karwna telah diberi kesempatan menampilkan Tari Remo pada helatan Perwimanas yang disaksikan ribuan orang. "Kita bangga sekaligus semakin yakin bahwa NU sangat menghormati seni dan budaya lokal. Sama sekali melihat tari adalah sebuah karya seni dan media berekspresi," ungkap Mulyaningsih.(sol)

Jombang - Liukan dan gemulai tubuh kecil itu mengundang decak kagum para peserta, undangan dan penonton acara pembukaan Perwimanas (Perkemahan Wirakarya Pramuka Ma’arif NU Nasional) 2013 di bumi perkemahan Ponpes Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang (24/6). Iya, itu adalah gerak ritmik tubuh Rahma (12) yang masih duduk di sekolah dasar.



Tak kalah dengan rekan-rekan satu timnya, Rahma tampak menikmati tetabuhan yang mengiringi Tari Remo yang disuguhkan oleh Komunitas Penari Babussalam. Jilbab yang melekat di kepalanya tak mengurangi tata artistik kostum dan gerak tariannya. Senyum, liukan dan lemparan selendang khas Tari Remo milik Rahma memukau dan mengundang aplaus hadirin.

Rahma adalah anggota komunitas penari Babussalam yang paling kecil. Ia masih berusia 8 tahun saat mulai belajar menari dan bergabung dengan komunitas. Saat ini ia duduk di kelas 6 SD. "Senang sekali bisa tampil di depan ribuan penonton. Apalagi ada pak menteri dan pengurus NU," kata Rahma selepas keluar dari arena pementasan.

Rahma mengaku tari sudah menjadi bagian dari hidupnya. Ia menyebut keuletan dan tangan dingin ibu Mulyaningsih (48) yang telah mencetaknya menjadi pecinta sekaligus pelaku seni tari. Ialah yang membidani kelahiran sekaligus setia mendampingi para anggota komunitas mengekspresikan diri melalui seni tari.

"Iya, Rahma ini sudah lama bergabung dengan komuntas penari Babussalam. Dia juga tidak kalah dengan anggota lain yang nota bene umurnya cukup beragam. Rahma terhitung anggota termuda dari seluruh anggota komunitas yang sebagian besar sudah duduk di bangku SMA bahkan ada yang sudah kuliah," jelas Mulyaningsih.

Menurut Mulyaningsih, komunitas penari Babussalam sangat bangga dan berterima kasih kepada Panitia Perwimanas karwna telah diberi kesempatan menampilkan Tari Remo pada helatan Perwimanas yang disaksikan ribuan orang. "Kita bangga sekaligus semakin yakin bahwa NU sangat menghormati seni dan budaya lokal. Sama sekali melihat tari adalah sebuah karya seni dan media berekspresi," ungkap Mulyaningsih.(sol)

Jombang - Kebenaran mutlak agama Islam sepeninggal Rosululloh SAW ada di tangan generasi setelahnya. Mulai dari sahabat, tabi'in, tabi'it tabi'in hingga ulama. Beralih dari satu generasi kepada generasi selanjutnya secara berantai. Demikian KH. Said Agil Siroj memulai paparan tentang Ahlussunnah Wal Jamaah didepan para peserta Perwimanas (Perkemahan Wirakarya Pramuka Ma’arif NU Nasional) 2013 di PP. Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang (24/6).



Jadi ahlussunnah adalah umat Islam yang berpegang teguh pada ajaran para ulama. "Jangan percaya dengan orang-orang yang sok ngajak kembali ke Al Quran dan Hadist tanpa mau mengakui kebenaran ilmu para ulama. Karena kebenaran agama Islam itu justru secara berantai beralih dari satu generasi ulama ke generasi selanjutnya," tegas Said.

Meneruskan paparannya, Said menyatakan ahlul jama'ah adalah umat Islam yang mengedepankan kebersamaan atau kejamaahan. Kebersamaan baik dalam soal kesejahteraan ekonomi, kebersamaan sosial dan kebersamaan dalam seluruh aspek kehidupan.

"Jadi ahlul jamaah itu ya yang selama ini sudah kita lakukan di NU. Pintar bersama-sama, tidak menganggap diri paling pintar, saleh bersama-sama tidak menganggap diri paling saleh. Sehat bersama, sejahtera bersama. NU meneladani kanjeng nabi Muhammad melalui mata rantai ilmu para ulama" papar Said.

Lebih lanjut Kyai Said menuturkan, NU punya cara tersendiri untuk menjaga kebersamaan atau kejamaahan ummat. Acara tahlil, dibaan, yasinan, hadrah dan lainnya adalah media yang tepat dalam menjaga keharmonisan dan kebersamaan umat.

Menurut Kyai Said, hal tersebut adalah salah satu yang membuktikan bahwa NU sebagai elemen bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai toleransi, saling menghormati satu sama lain. NU mengidamkan Indonesia yang rukun dan sejahtera di bawah naungan Pancasila.

"Adik-adik harus tahu, NU menjaga NKRI, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sejak 15 tahun sebelum kemerdekaan. Yaitu tahun 1930 pada muktamar NU di Banjarmasin," tegas Kyai Said disambut gemuruh tepuk tangan peserta Perwimanas.(sol)

Jombang - Kebenaran mutlak agama Islam sepeninggal Rosululloh SAW ada di tangan generasi setelahnya. Mulai dari sahabat, tabi'in, tabi'it tabi'in hingga ulama. Beralih dari satu generasi kepada generasi selanjutnya secara berantai. Demikian KH. Said Agil Siroj memulai paparan tentang Ahlussunnah Wal Jamaah didepan para peserta Perwimanas (Perkemahan Wirakarya Pramuka Ma’arif NU Nasional) 2013 di PP. Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang (24/6).



Jadi ahlussunnah adalah umat Islam yang berpegang teguh pada ajaran para ulama. "Jangan percaya dengan orang-orang yang sok ngajak kembali ke Al Quran dan Hadist tanpa mau mengakui kebenaran ilmu para ulama. Karena kebenaran agama Islam itu justru secara berantai beralih dari satu generasi ulama ke generasi selanjutnya," tegas Said.

Meneruskan paparannya, Said menyatakan ahlul jama'ah adalah umat Islam yang mengedepankan kebersamaan atau kejamaahan. Kebersamaan baik dalam soal kesejahteraan ekonomi, kebersamaan sosial dan kebersamaan dalam seluruh aspek kehidupan.

"Jadi ahlul jamaah itu ya yang selama ini sudah kita lakukan di NU. Pintar bersama-sama, tidak menganggap diri paling pintar, saleh bersama-sama tidak menganggap diri paling saleh. Sehat bersama, sejahtera bersama. NU meneladani kanjeng nabi Muhammad melalui mata rantai ilmu para ulama" papar Said.

Lebih lanjut Kyai Said menuturkan, NU punya cara tersendiri untuk menjaga kebersamaan atau kejamaahan ummat. Acara tahlil, dibaan, yasinan, hadrah dan lainnya adalah media yang tepat dalam menjaga keharmonisan dan kebersamaan umat.

Menurut Kyai Said, hal tersebut adalah salah satu yang membuktikan bahwa NU sebagai elemen bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai toleransi, saling menghormati satu sama lain. NU mengidamkan Indonesia yang rukun dan sejahtera di bawah naungan Pancasila.

"Adik-adik harus tahu, NU menjaga NKRI, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sejak 15 tahun sebelum kemerdekaan. Yaitu tahun 1930 pada muktamar NU di Banjarmasin," tegas Kyai Said disambut gemuruh tepuk tangan peserta Perwimanas.(sol)

Jombang - Dunia Pendidikan terutama yang berbasis Ahlisunnah Wal Jamaah harus mengembalikan orientasinya ke pendidikan ala pesantren. Demikian pesan Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj dalam acara pembukaan Perkemahan Wirakarya Pramuka Maarif NU Nasional (Perwimanas) 2013 hari ini (24/6) di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang.



"Saatnya pendidikan di lingkungan NU Al Audah Ila Pesantren, kembali ke pesantren, back to pesantren. Karena pesantren tidak hanya mengajarkan hal-hal yang teoritik tapi lebih dari itu mendidik santri untuk siap menghadapi kehidupan dengan berakhlaqul karimah," jelas Said.

Pesantren menurut Said memiliki karakter pendidikan yang unik dan jauh berbeda dengan karakter pendidikan formal saat ini. "Ada keimanan di pesantren. Juga kemandirian, akhlaqul karimah dan keteladan pemangku pesantren yang tidak akan didapatkan dari lembaga-lembaga pendidikan lain", tegas Kiai yang biasa disapa Kang Said ini.

Menurut Kang Said, wirakarya yang sedang digagas LP Ma'arif NU dalam kegiatan perkemahan sebenarnya terjadi setiap waktu dipesantren. "Bertemu dengan guru tidak hanya pada jam belajar yang terbatas. Dipesantren anak-anak didampingi, dibimbing dan diarahkan selama 24 jam penuh," papar Said.
Lebih lanjut, Said mencontohkan kekaryaan dalam pendidikan pesantren. Lazimnya dalam dunia pesantren, para santri selalu ikut dilibatkan dalam kegiatan ekonomi milik sang kyai.

"Kalau kyainya memeiliki sawah, biasanya santrinya juga belajar pertanian. Terlibat langsung dalam pengelolaannya. Bila kyai memiliki perkebunan, santri juga belajar dan terlibat lansung dalam pengelolaan perkebunan. Demikian juga dengan peternakan, perdagangan dan bidang ekonomi mandiri lainnya," terang Said.(sol)

Jombang - Dunia Pendidikan terutama yang berbasis Ahlisunnah Wal Jamaah harus mengembalikan orientasinya ke pendidikan ala pesantren. Demikian pesan Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj dalam acara pembukaan Perkemahan Wirakarya Pramuka Maarif NU Nasional (Perwimanas) 2013 hari ini (24/6) di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang.



"Saatnya pendidikan di lingkungan NU Al Audah Ila Pesantren, kembali ke pesantren, back to pesantren. Karena pesantren tidak hanya mengajarkan hal-hal yang teoritik tapi lebih dari itu mendidik santri untuk siap menghadapi kehidupan dengan berakhlaqul karimah," jelas Said.

Pesantren menurut Said memiliki karakter pendidikan yang unik dan jauh berbeda dengan karakter pendidikan formal saat ini. "Ada keimanan di pesantren. Juga kemandirian, akhlaqul karimah dan keteladan pemangku pesantren yang tidak akan didapatkan dari lembaga-lembaga pendidikan lain", tegas Kiai yang biasa disapa Kang Said ini.

Menurut Kang Said, wirakarya yang sedang digagas LP Ma'arif NU dalam kegiatan perkemahan sebenarnya terjadi setiap waktu dipesantren. "Bertemu dengan guru tidak hanya pada jam belajar yang terbatas. Dipesantren anak-anak didampingi, dibimbing dan diarahkan selama 24 jam penuh," papar Said.
Lebih lanjut, Said mencontohkan kekaryaan dalam pendidikan pesantren. Lazimnya dalam dunia pesantren, para santri selalu ikut dilibatkan dalam kegiatan ekonomi milik sang kyai.

"Kalau kyainya memeiliki sawah, biasanya santrinya juga belajar pertanian. Terlibat langsung dalam pengelolaannya. Bila kyai memiliki perkebunan, santri juga belajar dan terlibat lansung dalam pengelolaan perkebunan. Demikian juga dengan peternakan, perdagangan dan bidang ekonomi mandiri lainnya," terang Said.(sol)

Jombang - Menakertrans Muhaimin Iskandar meminta remaja NU menjadi kader yang mandiri dalam berwirausaha. Sedangkan Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siradj meminta remaja NU menjadi kader yang mandiri secara moral.

"Saya mendukung perkemahan ini, jadilah remaja yang mandiri, remaja yang mau mengatakan tidak pada kezaliman dan segala bentuk penyelewengan," kata KH Said Agil di Jombang, Senin.


Ia mengemukakan hal itu dalam sambutan pembukaan Perkemahan Wirakarya Pramuka Maarif NU Nasional (Perwimanas) 2013, yang dibuka Menakertrans Muhaimin Iskandar, dan dihadiri Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Dr PA Kodrat Pramudho SKM MKes di Bumi Perkemahan Pondok Pesantren Babussalam, Kalibening, Mojoagung, Jombang.

Di hadapan 2.768 penegak (pramuka tingkat SMA/MA/SMK) se-Indonesia dan pengurus Lembaga Pendidikan (LP) Maarif NU dari 16 provinsi dan 32 Kabupaten/Kota se Jatim, ia mengharapkan remaja NU menjadi kader yang tangguh dan tidak mudah luntur dengan pujian dan cacian yang ada.

"Karena itu, saya bangga, bersyukur, dan mendukung perkemahan ini untuk menumbuhkan remaja NU yang mandiri dan semoga perkemahan yang pertama kali diadakan PP LP Maarif NU itu akan berkembang ke seluruh wilayah dan cabang, sehingga kegiatan pembentukan karakter seperti ini pun berkembang," katanya.

Apalagi, katanya, penyelenggaraan Perwimanas 2013 diadakan di pesantren yang sesuai dengan misi dalam kepemimpinannya di PBNU yakni mengembalikan NU ke pesantren, baik secara fisik maupun secara tatanan kehidupan.

"Di pesantren ini ada iman, ada kejujuran, ada akhlak, ada kemandirian, ada tanggung jawab, dan ada keteladanan kiai selama 24 jam. Jadi, NU harus kembali mengadakan kegiatan di pesantren dan kembali kepada kehidupan pesantren dengan menjadi teladan bagi bangsa ini," katanya.

Senada dengan itu, Menakertrans Muhaimin Iskandar meminta remaja NU untuk menjadi garda terdepan dalam pembangunan dengan menjadi wirausahawan yang bermoral.

"Kewirausahaan itulah yang selama ini menopang ekonomi negara ini, karena itu kalau adik-adik menjadi wirausahawan akan menjadi penopang negara ini. Saya tidak ingin ada lulusan LP Maarif NU yang menganggur," katanya.

Oleh karena itu, dirinya akan bekerja sama dengan LP Maarif NU untuk mendorong semangat kewirausahaan melalui kegiatan pramuka dan pelatihan yang meningkatkan kompetensi remaja NU untuk maju, kreatif, dan produktif.

"Adik-adik harus mampu menangkap potensi lokal, potensi daerah, potensi desa, sebagai peluang untuk berwirausaha. Nanti, saya juga akan bekerja sama dengan LP Maarif NU untuk menggelar pelatihan seperti itu untuk mengurangi pengangguran terbuka," katanya.

Dalam Perwimanas pada 24-29 Juni itu, PP LP Maarif NU juga mengukuhkan Satuan Komunitas (Sako) Pramuka di tingkat organisasi yang merupakan amanat UU Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka dan menjadi sako pertama di Indonesia.(*)

Jombang - Menakertrans Muhaimin Iskandar meminta remaja NU menjadi kader yang mandiri dalam berwirausaha. Sedangkan Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siradj meminta remaja NU menjadi kader yang mandiri secara moral.

"Saya mendukung perkemahan ini, jadilah remaja yang mandiri, remaja yang mau mengatakan tidak pada kezaliman dan segala bentuk penyelewengan," kata KH Said Agil di Jombang, Senin.


Ia mengemukakan hal itu dalam sambutan pembukaan Perkemahan Wirakarya Pramuka Maarif NU Nasional (Perwimanas) 2013, yang dibuka Menakertrans Muhaimin Iskandar, dan dihadiri Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Dr PA Kodrat Pramudho SKM MKes di Bumi Perkemahan Pondok Pesantren Babussalam, Kalibening, Mojoagung, Jombang.

Di hadapan 2.768 penegak (pramuka tingkat SMA/MA/SMK) se-Indonesia dan pengurus Lembaga Pendidikan (LP) Maarif NU dari 16 provinsi dan 32 Kabupaten/Kota se Jatim, ia mengharapkan remaja NU menjadi kader yang tangguh dan tidak mudah luntur dengan pujian dan cacian yang ada.

"Karena itu, saya bangga, bersyukur, dan mendukung perkemahan ini untuk menumbuhkan remaja NU yang mandiri dan semoga perkemahan yang pertama kali diadakan PP LP Maarif NU itu akan berkembang ke seluruh wilayah dan cabang, sehingga kegiatan pembentukan karakter seperti ini pun berkembang," katanya.

Apalagi, katanya, penyelenggaraan Perwimanas 2013 diadakan di pesantren yang sesuai dengan misi dalam kepemimpinannya di PBNU yakni mengembalikan NU ke pesantren, baik secara fisik maupun secara tatanan kehidupan.

"Di pesantren ini ada iman, ada kejujuran, ada akhlak, ada kemandirian, ada tanggung jawab, dan ada keteladanan kiai selama 24 jam. Jadi, NU harus kembali mengadakan kegiatan di pesantren dan kembali kepada kehidupan pesantren dengan menjadi teladan bagi bangsa ini," katanya.

Senada dengan itu, Menakertrans Muhaimin Iskandar meminta remaja NU untuk menjadi garda terdepan dalam pembangunan dengan menjadi wirausahawan yang bermoral.

"Kewirausahaan itulah yang selama ini menopang ekonomi negara ini, karena itu kalau adik-adik menjadi wirausahawan akan menjadi penopang negara ini. Saya tidak ingin ada lulusan LP Maarif NU yang menganggur," katanya.

Oleh karena itu, dirinya akan bekerja sama dengan LP Maarif NU untuk mendorong semangat kewirausahaan melalui kegiatan pramuka dan pelatihan yang meningkatkan kompetensi remaja NU untuk maju, kreatif, dan produktif.

"Adik-adik harus mampu menangkap potensi lokal, potensi daerah, potensi desa, sebagai peluang untuk berwirausaha. Nanti, saya juga akan bekerja sama dengan LP Maarif NU untuk menggelar pelatihan seperti itu untuk mengurangi pengangguran terbuka," katanya.

Dalam Perwimanas pada 24-29 Juni itu, PP LP Maarif NU juga mengukuhkan Satuan Komunitas (Sako) Pramuka di tingkat organisasi yang merupakan amanat UU Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka dan menjadi sako pertama di Indonesia.(*)