"Maarif Berkarya Mewujudkan Generasi Emas"

Selasa, 25 Juni 2013

Jombang - Perkemahan pertama tingkat nasional di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) menyisakan perasaan haru bagi sejumlah kontingen. Utamanya utusan dari luar pulau Jawa.


Senyum Wahyudi terus mengembang saat menceritakan kesan selama mengikuti Perkemahan Wirakarya Pramuka Ma’arif NU Nasional (Perwimanas) di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang (24-29/6).

Ini pengalaman sangat langka, mahal serta istimewa,” katanya mengawali pembicaraan.

Bersama tujuh peserta putri serta lima putra dan didampingi dua orang pembina, rombongan dari Kalimantan Tengah ini bisa mendarat di Bandara Juanda Surabaya pada hari Sabtu. Mereka tidak mengalami kesulitan menuju lokasi perkemahan karena telah dijemput panitia.

Kami langsung ke bumi perkemahan ini bersama armada dari panitia,” kata pria kelahiran Tumbang Senamang Kalimantan Tengah ini.

Sigapnya panitia dalam menerima dan melayani peserta dari sejumlah provinsi se tanah air membuat alumnus STAIN Palangkaraya ini salut. “Panitia sangat sigap,” katanya.

Rasa bangga sebagai bagian dari warga Nahdlatul Ulama semakin menggelora saat pembukaan Perwimanas karena bisa menyaksikan atraksi dan kebolehan terbaik dari sejumlah kontingen. “Sungguh kami menyaksikan kehebatan dari para kader muda NU,” tandasnya.

Suguhan tari Remo khas Jombang, Reog Ponorogo, Marching Band Jawaahirul Hikmah dari Tulungagung, kehebatan pendekar Pagar Nusa, membuat pria kelahiran 17 Agustus 1980 ini semakin bangga.

Ini adalah penampilan terbaik yang secara langsung dapat kami saksikan,” katanya.

Dari perkemahan ini pula, ia bersama rombongan bisa dipertemukan dengan sejumlah kontingen utusan seluruh tanah air. Apalagi rombongan Kalimantan Tengah bersebelahan dengan utusan dari Propinsi Jogjakarta.

Kebetulan saat tragedi gempa, kami mengumpulkan donasi untuk saudara kita di Jogja,” katanya. “Alhamdulillah di Perwimanas kita dipertemukan,” lanjutnya.

Wahyudi bersama kontingen tidak hanya menyaksikan dan menikmati serta terkagum-kagum dengan penampilan saat pembukaan acara hari Senin lalu. “Kami juga akan unjuk kebolehan,” katanya sedikit promosi.

Guru di Madrasah Aliyah Muslimat NU Palangkaraya ini menampilkan kolaborasi tari Dadas dan Tari Mandau. “Tarian ini termasuk diantara ciri khas di daerah kami,” ungkapnya.

Makna dari tarian Dadas sebagai penghantar syukur kepada Allah SWT karena keberhasilan dari berbagai aspek kehidupan. “Ini juga sebagai ciri khas dari masyarakat Dayak yang nota bene suku asli Kalimantan Tengah ,” tuturnya.

Sesuai dengan namanya, tari Mandau adalah rangkaian gerak dengan menggunakan senjata khas dayak yakni mandau atau semacam parang.

Tarian ini membawa pesan bahwa masyarakat Dayak sangat menjunjung tinggi harkat, martabat serta kehormatan,” sergahnya.

Dengan kolaborasi ini, maka ada sinergi antara rasa syukur atas nikmat yang telah Allah berikan dengan ciri khas identitas masyarakat Kalimantan Tengah yakni suku Dayak,” tandasnya.

Tarian ini diperankan secara apik oleh kalangan pelajar pilihan dari MA Muslimat NU dan SMA 2 Palangkaraya.

Semoga para peserta dapat mengenal lebih dekat Kalimantan Tengah dengan suku Dayak dan budaya yang dimiliki,” harapnya.

Tidak lupa ia dan rombongan mengucapkan terimakasih atas terselenggaranya Perwimanas ini. “Semoga LP Ma’arif dan NU akan terus memberikan sumbangsih kepada agama dan bangsa ini seperti yang telah dilakukan para muassis,” pungkasnya.

Pin It

0 komentar:

Posting Komentar